Senin, 03 September 2012

LARANGAN DALAM TIDUR



Manusia dapat bertahan 2 minggu tanpa makan, tetapi hanya bertahan 1 minggu saja tanpa istirahat. Tidur adalah waktu istirahat yang sangat baik, dgn tidur organs tubuh kita dapat beristirahat. Kekurangan tidur dapat merusak organ dan otak kita.
Ada 6 LARANGAN DALAM TIDUR :
1. JANGAN TIDUR MENGENAKAN JAM TANGAN
Jam bisa menimbulkan radioaktif, walaupun hanya sedikit, tapi kalau terlalu lama memakainya bisa berbahaya.
2. JANGAN TIDUR MEMAKAI BH
Para ilmuwan di Amerika mensinyalir bahwa pemakain BH diatas 12 jam, dpt mengakibatkan Kanker Payudara
3. JANGAN TIDUR MEMBAWA TELP ANDA KE RANJANG
Gelombang Medan magnet yang ditimbulkan oleh alat electronik ini, dapat merusak system syaraf kita
4. JANGAN TIDUR MASIH MENGENAKAN MAKE-UP
Hal ini dapat menimbulkan masalah pada kulit kita, karena kulit tdk dpt bernafas
5. JANGAN TIDUR DENGAN ISTRI ORANG
Jangan2 anda tidak bakalan bangun lagi (karena dibunuh suaminya)
6. JANGAN COBA-COBA JADI POLISI TIDUR, APALAGI DI JALAN TOL
Pikir aja sendiri, kenapa jangan..

10 MANFAAT TERSENYUM



1. Senyum membuat kita lebih menarik
Kita akan selalu tertarik pada orang yang selalu tersenyum. Orang yang selalu tersenyum punya daya tarik tersendiri. Wajah yang berkerut, cemberut, membuat orang menjauh dari kita , tetapi sebaliknya senyum bisa membuat mereka tertarik.
2. Senyum mengubah mood kita
Ketika kita merasa jatuh atau “down” cobalah untuk tersenyum. Mungkin saja mood kita akan berubah menjadi lebih baik.
3. Senyum dapat merangsang orang lain tersenyum
Ketika seseorang tersenyum maka senyum tersebut akan membuat suasana menjadi lebih cerah, mengubah mood orang lain yang ada disekitarnya dan membuat semua orang menjadi senang. Orang yang suka tersenyum membawa kebahagiaan buat orang yang ada di sekitarnya. Seringlah tersenyum maka Kamu akan disukai oleh banyak orang.
4. Senyum dapat mengurangi stres
Jika tanda-tanda stres menyerang kamu, maka wajah Kamu sangat tidak enak untuk dipandang, sesegera mungkin untuk tersenyum karena senyum membantu mencegah kesan bahwa kita sebenarnya sedang stres, lelah atau merasa “down”. Jika Kamu sedang stres cobalah untuk tersenyum, maka stres Kamu akan berkurang dan Kamu akan merasa lebih baik untuk membuat langkah selanjutnya.
5. Senyum meningkatkan sistem imun (kekebalan) tubuh
Senyum dapat membantu kerja imun tubuh agar dapat bekerja dengan baik. Ketika Kamu tersenyum, fungsi imun meningkatkan kemungkinan Kamu menjadi lebih rileks.
6. Senyum menurunkan tekanan darah
Ketika Kamu tersenyum, maka tekanan darahmu akan menurun. Jika Kamu gak percaya, Kamu boleh mencobanya sendiri, jika Kamu memiliki alat pengukur tekanan darah di rumah.
7. Senyum mengeluarkan endorphins (pereda rasa sakit secara alami) dan serotonin
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa senyum dapat merangsang pengeluaran endorphin, pereda rasa sakit yang alami, serta serotonin. Senyum memang obat yang alami.
8. Senyum dapat melenturkan kulit wajah dan membuat Kamu terlihat lebih muda
Otot-otot yang digunakan untuk tersenyum ikut membuat Kamu terlihat lebih muda. Jika Kamu ingin sesuatu yang beda, maka berikan senyummu sepanjang hari, maka Kamu akan terlihat lebih muda dan merasa lebih baik. Karena itu dapat Menghilangkan Jerawat juga.
9. Senyum membuat Kamu tampak sukses
Orang yang tersenyum terlihat lebih percaya diri dalam menjalani hidupnya. Cobalah tersenyum saat Kamu melakukan pertemuan dan saat ada janji. Rekan-rekan kerja, sahabat, orang-orang terdekat Kamu akan merasakan sesuatu yang berbeda dan sukses.
10. Senyum membuat Kamu tetap positif
Senyumlah! Lalu sekarang cobalah berpikir sesuatu yang negatif tanpa berhenti tersenyum. Sulitkan? Karena ketika Kamu tersenyum maka senyum tersebut akan mengirimkan sinyal ke tubuh Kamu bahwa “hidup Kamu saat ini baik-baik saja”. 
sumber

AMPUH


Ini susah nih, apalagi kalau kamu udah pacaran lama terus putusnya sepihak atau karena emosi sesaat abis itu nyesel. Tapi haloooh dunia terus berputar, gak bakal berenti cuma untuk nungguin kamu seorang yang belum bisa move on dari si mantan. Nah supaya kamu bisa segera menikmati matahari lagi dan cari pacar lagi. Coba lakukan cara cara ini:

Buang Fotonya

Yang di dompet, di screen hape, di screen laptop, di meja belajar, di dinding, di kaos, dimana-mana buang semua! Sobek-sobek, bakar dan buang!! Jangan takut si mantan akan ngerasa gimana-gimana, dia gak bakal tau juga. Eh tapi kalo foto yang ehem ehem pastikan dulu terbuang dengan baik dan benar yak. Kecuali kamu emang psycho dan pengen ngejual foto-foto itu sih. Tapi kalo bisa sih jangan. Tapi terserah sih.

Tahan Diri Untuk Gak Ngecek Media Sosial

Udaaah gak usah stalking, ntar gak tahan lagi sama resikonya. Mendingan di mute aja di twitter kira-kira 2 bulan lah atau sampe waktu yang tidak ditentukan. Gak perlu sampe unfollow segala sih, ntar gengsi kalo ketahuan. Ntar mantan kamu bisa mikir “Ya ampun, sampe unfollow segala…emang gue segitunya ya? Hihihihi” Males kan? Udah makanya tahan diri untuk gak ngecek media sosial aja.

Hapus Dia Dari Contact List

Di malam-malam sepi pasti kamu akan sangat tergoda untuk menghubungi dia, mendengar suara dia, cerita kamu ngapain aja seharian, atau mungkin phone sex. Ah jangan lah mendingan. Hapus aja nama dia dari semua contact list kamu. Termasuk semua instant messenger sekalian. Biar gak sendu-sendu gimana gitu kalo liat nama dia nongol online di sudut bawah layar komputer. Teringat kamu biasa video call-an sama dia malam-malam gak pake baju. Ehm. Kangen banget yah.

Sembunyikan Hadiah dari Dia

Boneka guguk, jam tangan, kaos, jaket, notes, cap bibir, sprei gambar ultraman, bantal pink berbulu, semua pokoknya yang pernah dia berikan ke kamu. Kardusin, kasih ke panti asuhan atau taro di sudut kamar yang ga keliatan. Eh tapi kalo hadiahnya mahal atau mungkin super langka, kamu bisa mengambil keuntungan maksimal sih. Jual aja dengan harga super mahal di Kaskus. Kaya deh! Wohoo!

Hindari Jalan Kenangan

Ini yang paling kampret emang, kamu lagi melewati satu jalan dan teringat kamu pernah bergandengan tangan sepanjang perjalanan, terus tiba-tiba turun hujan terus kamu sama dia kejar-kejaran, dia ngumpet di balik pohon (bajunya jadi tembus pandang) dan kamu mulai bernyanyi… ah indahnya.  Aaah udah gak usah lewat lewat situ lagi. Ganti jalur sehari-hari. Daripada tiap lewat situ kamu nangis gak jelas. Siapa tahu dapat peruntungan baru.
Gampang kan? Gampaaaang, yang menting ada niat dan kemauan disitu ada jalan. Kamu ga bakal menyangka hidup akan terasa lebih mudah tanpa melihat jejak jejak dia di sekitar kamu. Ah sedap. Prikitiw.

Jumat, 20 Juli 2012

KEUNIKAN TRUNYAN, DESA BALI AGA


Desa Trunyan

Desa Trunyan merupakan sebuah desa kuno di tepi danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa ini merupakan sebuah desa Bali Aga, Bali Mula dengan kehidupan masyarakat yang unik dan menarik Bali Aga, berarti orang Bali pegunungan, sedangkan Bali Mula berarti Bali asli. Kebudayaan orang Trunyan mencerminkan satu pola kebudayaan petani yang konservatif.
Berdasarkan folk etimologi, penduduk Trunyan mempersepsikan diri dan jati diri mereka dalam dua versi. Versi pertama, orang Trunyan adalah orang Bali Turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka ‘turun’ dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai satu mite atau dongeng suci mengenai asal-usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit.
Versi kedua, orang Trunyan hidup dalam sistem ekologi dengan adanya pohon Taru Menyan, yaitu pohon yang menyebarkan bau-bauan wangi. Dari perdaduan kata “taru” dan “menyan” berkembang kata Trunyan yang dipakai nama desa dan nama penduduk desa tersebut.
Desa Trunyan terletak di sebelah timur bibir danau Batur, letak ini sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani, hanya sampai di desa Kedisan. Dari Kedisan ke desa Trunyan orang harus menyeberang danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung. Selain jalan air, Trunyan juga dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui desa Buahan dan Abang.
Hawa udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius. Danau Batur dengan ukuran panjang 9 km dan lebar 5 km merupakan salah satu sumber air dan sumber kehidupan agraris masyarakat Bali selatan dan timur.
Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:
  1. Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.
  2. Dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.
Untuk keperluan pemakaman, di desa Trunyan terdapat 1 kuburan yaitu:
  • Sema wayah diperuntukkan untuk pemakaman jenis mepasah
  • Sema bantas, diperuntuukan untuk dengan penguburan.
  • Sema nguda, diperuntukkan untuk kedua jenis pemakaman yaitu mepasah (exposure) maupun penguburan.
trunyan.jpgtrunyan_pic1.jpgtrunyan.jpg 

Selasa, 03 Juli 2012

BABI GULING


babi-guling
Setelah mengunjungi tempat-tempat wisata di Bali, tidak lengkap rasanya kalau kita belum menikmati hidangan kuliner khas Bali (maaf, menu ini khusus untuk non muslim), yaitu Babi Guling.

Babi Guling merupakan makanan khas Bali yang paling populer.
Babi guling merupakan sejenis lauk pauk yang dibuat dari anak babi betina atau jantan secara utuh kecuali isi perutnya dikeluarkan seluruhnya diganti dengan bumbu dan sayuran seperti daun ketela pohon, dipanggang diatas bara api sambil diputar-putar ( diguling-gulingkan) sampai matang yang ditandai denga warna kulitnya    menjadi kecoklatan dan renyah.
Babi guling pada mulanya digunakan untuk sajian pada upacara baik upacara adat maupun upacara keagamaan,  saat ini  telah dijual sebagai hidangan baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel berbintang di Bali. Babi guling yang paling terkenal biasanya berasal dari kabupaten Gianyar.

JUKUT ARES


Jukut Ares adalah salah satu masakan khas Bali yang paling populer dan biasanya dihidangkan saat ada syukuran, upacara adat, ataupun kini bisa dinikmati di rumah makan khas Bali. Masakan ini biasanya non halal (karena biasanya dicampur dengan daging babi).
Jukut Ares terbuat dari pohon pisang muda yang dicampur dengan daging Babi dan juga Basa Genep (bumbu lengkap khas Bali). Pohon pisang ini diiris-iris tipis, lalu dimasak dengan bumbu khas Bali tersebut.
HEehhehe silahkan mencoba di rubah:)

LAWAR




Selain Babi Guling  Lawar juga merupakan makanan khas Bali yang sangat favorit. Lawar dibuat dari campuran daging (babi atau ayam), nangka muda, pepaya muda dengan-  basa genep - bumbu lengkap Bali. Lawar biasanya dihidangkan sebagai lauk pauk dalam keseharian dan disantap sehabis melaksanakan upacara adat dengan cara prasmanan.
Lawar di bali umumnya dibuat untuk upacara agama dengan campuran darah segar Babi. Namun,  kini Lawar telah juga menjadi menu favorit yang disukai banyak orang. Berbagai olahan pun dibuat tanpa memakai darah lagi. Umumnya campuran yang dipakai sebagai bahan diantaranya daun belimbing, nangka, klungah (kelapa muda) yang menawarkan rasa yang berbeda-beda. Rasa pedas yang begitu terasapun, kini telah disesuaikan dengan “lidah” para pencinta masakan khas Bali umumnya.
Tertarik untuk mencicipi makanan yang satu ini? Jangan khawatir, karena umumnya semua restoran dengan menu khas Bali selalu menyajikan menu yang satu ini. Restoran ini bisa dijumpai dengan mudah dikawasan Kuta, Legian dan Denpasar.

Minggu, 01 Juli 2012

MEPANDES / METATAH / MESANGIH : CIRI KEDEWASAAN REMAJA BALI


Upacāra mapandes disebut pula matatah, masangih yang dimaksud adalah memotong atau meratakan empat gigi seri dan dua taring kiri dan kanan, pada rahang atas, yang secara simbolik dipahat 3 kali, diasah dan diratakan. Rupanya dari kata masangih, yakni mengkilapkan gigi yang telah diratakan, muncul istilah mapandes, sebagai bentuk kata halus (singgih) dari kata masangih tersebut.


Bila kita mengkaji lebih jauh, upacāra Mapandes dengan berbagai istilah atau nama seperti tersebut di atas, merupakan upacāra Śarīra Saṁskara, yakni menyucikan diri pribadi seseorang, guna dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi, para dewata dan leluhur. Di Bali upacāra ini dikelompokkan dalam upacāra Manusa Yajña.
  1. Adapaun makna yang dikandung dalam upaca mapandes ini adalah:
    Sebagai simbolis meningkatnya seorang anak menjadi dewasa, yakni manusia yang telah mendapatkan pencerahan, sesuai dengan makna kata dewasa, dari kata devaṣya yang artinya milik dewa atau dewata. Seorang telah dewasa mengandung makna telah memiliki sifat dewata (Daivi sampad) seperti diamanatkan dalam kitab suci Bhagavadgītā.
  2. Memenuhi kewajiban orang tua, ibu-bapa, karena telah memperoleh kesempatan untuk beryajña, menumbuh-kembangkan keperibadian seorang anak, sehingga anak tersebut mencapai kedewasaan, mengetahui makna dan hakekat penjelmaan sebagai umat manusia.
  3. Secara spiritual, seseorang yang telah disucikan akan lebih mudah menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi, para dewata dan leluhur, kelak bila yang bersangkutan meninggal dunia, Ātma yang bersangkutan akan bertemu dengan leluhurnya di alam Piṭṛa (Piṭṛaloka).
Berdasarkan pengertian dan makna upacāra Mapandes seperti tersebut di atas, dapatlah dipahami bahwa upacāra ini merupakan upacāra Vidhi-vidhana yang sangat penting bagi kehidupan umat Hindu, yakni mengentaskan segala jenis kekotoran dalam diri pribadi, melenyapkan sifat-sifat angkara murka, Sadripu (enam musuh dalam diri pribadi manusia) dan sifat-sifat keraksasaan atau Asuri-Sampad lainnya. Dalam lontar Pujakalapati dinyatakan, seseorang yang tidak melakukan upacāra Mapandes, tidak akan dapat bertemu dengan roh leluhurnya yang telah suci, demikian pula dalam Ātmaprasangsa dinyatakan roh mereka yang tidak melaksanakan upacāra potong gigi mendapat hukuman dari dewa Yāma (Yāmādhipati) berupa tugas untuk menggit pangkal bambu petung yang keras di alam neraka (Tambragomuka), dan bila kita hubungkan dengan kitab Kālatattwa, Bhatāra Kāla tidak dapat menghadap dewa bila belum keempat gigi seri dan 2 taring rahang bagian atasnya belum dipanggur. Demikian pula dalam kitab Smaradahana, putra Sang Hyang Śiva, yakni Bhatāra Gaṇa, Gaṇeśa atau Gaṇapati belum mampu mengalahkan musuhnya raksasa Nilarudraka, sebelum salah satu taringnya patah.
Upacāra ini merupakan sebagai wujud bhakti seorang tua (ibu-bapa) kepada leluhurnya yang telah menjelma sebagai anaknya, untuk ditumbuh-kembangkan keperibadiannya, diharapkan menjadi putra yang suputra sesuai dengan kitab Nitiśāstra
Adapun tujuan dari upacāra Mapandes dapat dirujuk pada sebuah lontar bernama Puja Kalapati yang mengandung makna penyucian seorang anak saat akil balig menuju ke alam dewasa, sehingga dapat memahami hakekat penjelmaannya sebagai manusia. Berdasarkan keterangan dalam lontar Pujakalapati dan juga Ātmaprasangsa, maka upacāra Mapandes mengandung tujuan, sebagai berikut:
  1. Melenyapkan kotoran dan cemar pada diri pribadi seorang anak yang menuju tingkat kedewasaan. Kotoran dan cemar tersebut berupa sifat negatif yang digambarkan sebagai sifat Bhūta, Kāla, Pisaca, Raksasa dan Sadripu yang mempengarhui pribadi manusia, di samping secara biologis telah terjadi perubahan karena berfungsi hormon pendorong lebido seksualitas.
  2. Dengan kesucian diri, seseorang dapat lebih mendekatkan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa, para dewata dan leluhur. Singkatnya seseorang akan dapat meningkatkan Śraddhā dan Bhakti kepada-Nya.
  3. Menghindarkan diri dari kepapaan, berupa hukuman neraka dikemudian hari bila mampu meningkatkan kesucian pribadi.
  4. Merupakan kewajiban orang tua (ibu-bapa) yang telah mendapat kesempatan dan kepercayaan untuk menumbuh-kembangkan kepribadian seorang anak. Kewajiban ini merupakan Yajña dalam pengertian yang luas (termasuk menanamkan pendidikan budhi pekerti, menanamkan nilai-nilai moralitas dan agama) sehingga seseorang anak benar-benar menjadi seorang putra yang suputra.
Kini timbul pertanyaan, kapankah saat yang tepat untuk melaksanakan upacāra Mapandes? Bila kita memperhatikan berbagai sumber yang tertulis di dalam lontar, seperti lonatr Dharma Kahuripan dan lain-lain, sebenarnya upacāra ini dilakukan saat mulai pubertasnya seorang anak, dan bagi seorang gadis, saat setelah pertama kali mengalami menstruasi. Upacāra ini dapat digabungkan dengan Rajasewala atau Rajasingha bagi seorang gadis atau seorang perjaka.
Dalam kenyataan di kalangan umat Hindu, upacāra Mapandes ini dilakukan bersamaan atau dirangkai dengan upacāra Piṭṛa Yajna terutama Mamukur atau dirangkai sebelum upacāra Pawiwahan (perkawinan), dilakukan secara masal bergabung dengan keluarga besar untuk mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan.
Bagi seseorang yang belum sempat mengikuti upacāra Mapandes, dan maut telah menjemput, berbagai tanggapan muncul, yakni apakah perlu upacāra bagi seseorang yang telah meninggal. Terhadap keadaan ini, Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, melalui keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu memberikan jalan ke luar, sebagai berikut:
  1. Mapandes adalah upacāra Manusa Yajña (Śarīra Saṁsakara) yang patut dilaksanakan pada saat seseorang masih hidup (sangat baik ketika remaja, belum berumah tangga). Mapandes bagi orang yang telah meninggal sesungguhnya tidak perlu dilakukan.
  2. Bila orang tua yang bersangkutan merasa masih punya hutang berupa kewajiban, dapat menempuhnya dengan upacāra simbolis, dengan kikir (panggur) dari bunga teratai, dilengkapi dengan andel-andel serta padi, seakan-akan yang bersangutan bermimpi diupacārakan Mapandes.
  3. Dengan demikian orang tua terbebas dari hutang kewajiban kepada anaknya, sehingga roh anaknya diharapkan dapat bersatu dengan roh leluhur yang telah disucikan.
Berdasarkan rangkaian upacāra Mapandes yang dilaksanakan, maka makna yang dikandung dari rangkaian upacāra tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Magumi Padangan. Upacāra ini disebut juga Masakapan Kapawon dan dilaksanakan di dapur, mengandung makna bahwa tugas pertama seseorang yang sudah dewasa dan siap berumah tangga adalah mengurus masalah dapur (logistik). Seseorang diminta bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup keluarga di kemudian hari, melalui permohonan waranugraha dari Sang Hyang Agni (Brahma) yang disimboliskan bersthana di dapur.
  2. Ngekeb. Upacāra ini dilakukan di meten atau di gedong, mengandung makna pelaksanaan Brata, yakni janji untuk mengendalikan diri dari berbagai dorongan dan godaan nafsu, terutama dorongan negatif yang disimboliskan dengan Sadripu, yakni enam musuh pada diri pribadi manusia berupa loba, emosi, nafsu seks dan sebagainya.
  3. Mabhyakāla. Upacāra ini dilakukan di halaman rumah, di depan meten atau gedong, mengandung makna membersihkan diri pribadi dari unsur-unsur Bhūtakāla, yakni sifat jahat yang muncul dari dalam maupun karena pengaruh dari luar (lingkungan pergaulan). Upacāra ini juga disebut Mabhyakawon yang artinya melenyap kotoran batin dan di India disebut Prayascitta, menyucikan diri pribadi.
  4. Persaksian dan persembahyangan ke Pamarajan. Upacāra ini mengandung makna untuk:
a)     Memohon wara nugraha Hyang Guru dan leluhur (kawitan) bahwa pada hari itu keluarga yang bersangkutan menyelenggarakan upacāra potong gigi.
b)     Menyembah ibu-bapa, sebagai perwujudan dan kelanjutan tradisi Veda, seorang anak wajib bersujud kepada orang tuanya, karena orang tua juga merupakan perwujudan dewata (matri devobhava, pitridevobhava), juga sebagai wujud bhakti kepada Sang Hyang Uma dan Śiva, sebagai ibu-bapa yang tertinggi dan yang sejati.
c)      Ngayab Caru Ayam Putih, simbolis sifat keraksasaan dinetralkan dan berkembangnya sifat-sifat kedewataan.
d)     Memohon Tirtha, sebagai simbolis memohon kesejahtraan, kabahagiaan dan keabadiaan.
e)     Ngrajah gigi, menulis gigi dengan aksara suci simbolis sesungguhnya Hyang Widhilah yang membimbing kehidupan ini melalui ajaran suci yang diturunkan-Nya, sehingga prilaku umat manusia menjadi suci, lahir dan batin.
f)      Pemahatan taring, simbolis Sang Hyang Widhi Śiva) yang telah menganugrahkan kelancaran upacāra ini seperti simbolik Sang Hyang Śiva memotong taring putra-Nya, yakni Bhatāra Kāla.
  1. Upacāra di tempat (bale) Mapandes. Setelah selesai upacāra di pamarajan, maka remaja yang mengikuti upacāra Mapandes kembali ke gedong untuk selanjutnya menuju tempat upacāra Mapandes dilaksanakan, adapun rangkaian dan makna upacāra yang dikandung adalah sebagai berikut:
a)     Menyembah dewa Sūrya untuk mempermaklumkan sekaligus memohon persaksian-Nya.
b)     Menyembah Bhatāra Smāra dan Bhatārì Ratih, agar senantiasa dimbimbing ke jalan yang benar, sekaligus memohon benih yang terkandung dalam diri masing-masing (sukla-svanita), jangan sampai ternoda hingga kehidupan berumah tangga melalui perkawinan di kemudian hari.
c)      Memohon Tirtha kepada Bhatāra Smāra dan Bhatārì Ratih, sebagai simbol telah mendapat restu dan perkenan-Nya.
d)     Ngayab Banten Pangawak Bale Gading, untuk memohon kekuatan lahir dan batin, karena masa pubertas penuh dengan tantantangan hidup termasuk dorongan nafsu yang jahat.
e)     Mepandes, yakni dilaksanakannya upacāra panggur oleh sangging, guna menyucikan diri pribadi dari gangguan Sadripu.
f)      Menginjak banten paningkeb, mengandung makna selesainya upacāra Mapendes, dengan Sadripu dan Catur Sanak telah memperoleh penyucian.
  1. Menikmati Sirih-lekesan, simbolis kehidupan baru telah dimulai dengan bermacam kenikmatan hidup dan tantangan, dan Sang Hyang Śiva beserta Pañca Dewata senantiasa akan melindunginya.
  2. Kembali ke tempat Ngekeb, mengandung makna kembali melakukan tapa brata, menyucian diri, lahir dan batin.
  3. Mejaya-jaya, yakni mengikuti upacāra yang dipimpin oleh Pandita (Sulinggih) berupa pemercikkan Tìrtha, yang mengandung makna yang bersangkutan telah dan senantiasa akan memperoleh kemenangan dalam menghadapi godaan dan dorongan untuk berbuat jahat.
  4. Mapinton. Upacāra ini mengandung makna mempermaklumkan kehadapan Sang Hyang Widhi, para dewata dan leluhur, bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan upacāra Mapandes dan senantiasa memohon bimbingan dan perlindungan-Nya.
Demikianlah sepintas makna yang terkandung dari rangkaian upacāra Mapandes, yang tidak lain guna membimbing umat manusia lebih meningkatkan Śraddhā dan Bhaktinya kepada Sang Hyang Widhi, para dewata dan leluhur.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DAN KELUARGA
Upacāra Mapandes adalah merupakan kewajiban orang tua (ibu-bapa) untuk menyelenggarakannya, dan bila kita kaji secara seksama, seorang anak sesungguhnya adalah pula leluhur kita yang menjelma untuk meningkatkan kualitas kehidupannya (lahir dan batin) yang pada akhirnya dapat mengantarkannya guna mewujudkan Jagadhita (kesejahtraan dan kebahagian hidup di dunia ini) dan Mokṣa (bersatunya Ātman dengan Paramātman).
Dalam melakukan Yajña ini, landasan yang paling mendasar bagi Sang Yajamana (yang melaksanakan atau yang memiliki upacāra itu), Sang Amancagra (tukang bebanten dan sangging), dan Sang Pandita (yang memimpin dan menyelesaikan upacāra) adalah ketulusan hati. Ketulusan ini patut pula diikuti oleh para Athiti tamu undangan) guna Yajña tersebut berhasil Śiddhakarya.
Untuk mengembangkan ketulusan hati, utamanya Sang Yajamana bersama keluarga hendaknya dapat melakukan berbagai Brata, seperti Upavaśa (mengendalikan diri untuk tidak menikmati makanan) pada saat puncak upacāra berlangsung, dan senantiasa memusatkan pikiran kehadapan Sang Hyang Widhi, para dewata dan leluhur untuk keberhasilan dari Yajña yang diselenggarakan.

Jumat, 29 Juni 2012

SENI DAN BUDAYA :)



 Kenali Dan Kembangan Kebudayaan Daerah Untuk Kejayaan Kebudayaan Indonesia
 

Kebudayaan berasal dari kata Budhi dan Daya yang artinya kesadaran dan kemampuan manusia dalam berjuang mempertahankan kehidupannya.

Oleh karena kebudayaan adalah “dunianya” manusia, maka menjadi penting untuk mengetahui apa itu kebudayaan dan bagaimana “perilakunya”. Pengetahuan ini akan menjadi salah satu bekal untuk melihat secara jernih, tentang kehidupan yang sedang kita jalani. Dalam aktivitas praktis manusia, kebudayaan menjadi sebuah hal yang begitu penting.Nilai pentingnya terletak pada fungsinya memberi pedoman untuk identitas. Kebudayaan adalah dinamis, layaknya seorang manusia yang tumbuh dan berkembang sendirian. Sisi dinamis ini akan semakin terlihat ketika terdapat hubungan antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Sisi dinamis tersebut dapat dilihat dari bentuk-bentuk hubungan yang ada, seperti asimilasi, akulturasi, adaptasi, adopsi, difusi dan lain sebagainya.

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN ANTAR KEBUDAYAAN

Bentuk hubungan antar kebudayaan bangsa muncul dalam kegiatan nyata seperti perdagangan, pernikahan,peperangan, pertukaran pelajar, hubungan diplomatis, penerjemahan bahasa dan lain-lain.

Bentuk-bentuk hubungan tersebut, terus berlanjut hingga kini. Hanya saja, hubungan yang tadinya bersifat keras, menjadi lebih lunak, setelah Indonesia telah merdeka secara de facto dan de jure. Bentuk hubungan antar- kebudayaan menjadi lebih diplomatis, lewat meja perundingan, hubungan diplomatis, kerjasama perdagangan, pertukaran pelajar, jual-beli peralatan pertahanan, dan sebagainya. Itulah sedikit gambaran mengenai bentuk–bentuk hubungan dalam kebudayaan.

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Kebudayaan mengandung unsur antara lain; Kenyakinan, Mata pencarian, Bahasa, pengetahuan, Teknologi, Sistem sosial,Kekerabatan,penanggalan,Tata pemukiman.

Berkembangnya kebudanyaan dikarenakan adanya kesadarn manusia, kondisi masyarakat dan hubungan dan kebudaan lain.


AKTIVITAS KEBUDAYAAN

Terminologi yang menunjukan aktifitas kebudayaan antara akulturasi, asimilasi, difusi, dan lain-lain. Kebudayaan itu memiliki jiwa, ibarat manusia hidup yang dinamis dan tidak statis. Selain kebudaaan itu hidup, kebudayaan pun dapat terkena kematian. Kematian kebudayaan terjadi karena manusia yang dulu hidup di dalam sebuah kebudayaan, meninggalkan – baik secara sadar atau tidak – kebudayaan itu, biasanya, karena ketertarikan kepada kebudayaan lain.Manusia adalah “jiwa” kebudayaan.Ketika manusia meninggalkan kebudayaan yang telah melembaga tersebut kematian bagi sebuah kebudayaan.

Keunggulan kebudayaan Indonesia;

- Kekayaan akan keragaman kebudayaan daerah Indonesia
- Sumber daya alam yang melimpah dan berkualitas
- Wilayah yang strategis


Problematika;

- Adanya pandangan bahwa kebudayaan itu statis
- Rendahnya minat sebagian masyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
- Rendahnya apresiasimasyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
- Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah
- Ketertarikan sebagian masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan barat/asing
- Pencitraan yang kuat tentang kebudayaan Indonesia.


KEBUDAYAAN INDONESIA

Kebudayaan Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang ada di dunia. Keberadaannya – sama dengan kebudayaan lain – telah memakan waktu yang cukup lama.Berbicara tentang kebudayaan Indonesia maka kita akan berbicara tentang sejarah panjang pertemuan antar kebudayaan daerah Indonesia dengan kebudayaan dari luar Indonesia.

Pertemuan antar kebudayan-kebudayaan di Indonesia, sudah dimulai sejak masuknya agama Hindu dan Budha. Kebudayaan daerah Indonesia yang masih sederhana kemudian bertemu dengan agama Hindu dan Budha yang menjadi sedemikian meluas dan dianut oleh banyak masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya kerajaan yang pernah ada di wilayah Barat dan Tengah

Indonesia yang menganut agama tersebut seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Pejajaran dan Majapahit. Pada masa kerjaan Majapahit, kebudayaan Indonesia mencapai kebersamaannya dengan menyatukan kerajaan yang ada di Indonesia oleh Patih Gajah Mada, yang terkenal dengan Sumpah Palapa.

Kesatuan ini jelas menjadikan kebudayaan di Indonesia semakin menunjukkan dinamis. Terlihat mulai munculnya berbagai persoalan kebudayaan, salah satunya seperti hubungan kerajaan di daerah dengan Majapahit. Keadaan ini semakin terlihat, ketika agama Islam mulai banyak dianut oleh masyarakat di Indonesia, bahkan hingga tingkat kerajaan. Perubahan keyakinan ini membuat banyak perubahan di bidang lain, kesetaraan antara sesama manusia, semakin berkembangnya sastra, berdirinya kerajaan-kerjaan baru dan lain-lain.

Perjalanan kebudayaan Indonesia dipengaruhi oleh, masuknya Portugis menandakan sebuah masa ketika penjajahan melanda wilayah nusantara. Ditutupnya Terusan Suez membuat banyak negara di belahan dunia Barat mengalihkan perhatiannya untuk mencari rempah-rempah. Tokoh-tokoh seperti Vasco da Gama, Marcopolo, Bartholomeus Diaz, mencari sebuah wilayah perdagangan baru. Salah satu wilayah yang ditemukan sampailah mereka di tanah nusantara dan memulai sebuah masa yang panjang, dalam penjajahan. Nusantara yang memiliki kesabaran tersebut mulai menapaki jalan menuju persatuan. Masa tersebut, dipenuhi dengan berbagai peperangan di berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Maluku. Peperangan yang digerakan oleh semangat mempertahankan diri. Dengan menggunakan taktik memecah belah atau devide et impera, perlawanan yang diberikan oleh para pejuang di daerah mulai tidak berarti. Perlawanan masih diberikan, mulai dari “kecil-kecilan” hingga memuncak pada perlawanan secara keseluruhan terhadap penjajahan. Akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945
Penjajahan yang terjadi selama masa tersebut, bukan hanya kisah perlawanan fisik, tetapi juga tentang perlawanan kebudayaan. Oleh karena,terjadi perubahan yang besar dalam banyak bidang.Dalam hal ini dapat disoroti perubahan bentuk pemerintahan. Perubahan bentuk pemerintahan, dari kerajaan kepada negara, menjadi sebuah perubahan yang menuntut adanya kesatuan wilayah dan kebudayaan di Indonesia. Pada masa ini pula, polemik tentang dasar negara, bahasa, Undang-Undang Dasar, dan persoalan kebudayaan nasional mulai terlhat. Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk merumuskan apa itu kebudayaan Indonesia.Kekayaan Kebudayaan yang sedemikian hebat dari wilayah Indonesia, membuat para perumus tidak ingin menghilangkan kebudayan yang sudah lama hidup. Kekayaan kebudayaan yang telah telah terkenal kebesarannya ke Tiongkok dan Eropa.Namun, usaha perumusan belum membuahkan hasil yang memuaskan.Masyarakat Indonesia telah teralihkan perhatiannya kepada kebudayaan yang dibawa oleh Eropa dan Amerika.


Upaya pengembangan kebudayaan Indonesia

a. Jujur
b. Tanggung Jawab
c. Menepati janji
d. Toleransi
e. Membiasakan hidup bersih
f. Menuntut ilmu kapan dan dimanapun juga
g. Menjalaini kehidupan sehari-hari dengan berpedoman pada kebudayaan Indonesia
h. Tanamkan minat sejak dini pada kebudayaan daerah Indonesia
i. Mempelajari dan mengenali kebudayaan daerah Indonesia (tarian,kerajinan tangan, Seni bertutur, alat musik daerah membangun rumah teknik kebudayaan daerah dan lain-lain).

Sudah saatnya kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan budaya barat. Oleh karena itu, mulai disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia memiliki keunggulan mulai dari pandangan tentang alam hingga pranata sosial. Dan masyarakat barat juga mulai menyadari kekurangan kebudayaan mereka sendiri, yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan kepada kebudayaan Timur sebagai penawar kegelisahan mereka.

Mengenali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga negara Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaan menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.


PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN INDONESIA

Menelusuri pergulatan kebudayaan di Indonesia, akan ditemukan sebuah fenomena yang lazim dihidupi yaitu, ke-rendah-diri-an masyarakat Indonesia terhadap kebudayaannya sendiri. Ke-rendah-diri-an ini muncul dari hubungan antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan daerah di Indonesia, Barat yang sering diposisikan sebagai pihak superior dan kebudayaan daerah di Indonesia sebagai pihak inferior.Rendah diri ini disebabkan oleh penjajahan, kerusakan perilaku masyarakat Indonesia, dan pencitraan yang kuat dari media tentang keunggulan kebudayaan Barat. Namun, dari beberapa sebab tersebut, yang terus terjadi hingga saat ini dan yang paling mendasar adalah pencitraan. Dikatakan mendasar karena pada saat penjajahan pun sudah terjadi pencitraan tersebut.

Ungkapan khusus seperti, ilmiah, keren, funky, dan gaul adalah ungkapan yang menujukkan kondisi rendah diri. Ungkapan-ungkapan tersebut seringkali dilekatkan kepada kebudayaan Barat, sedangkan kebudayaan daerah di Indonesia, sepertinya jauh dari ungkapan–ungkapan tersebut. Hal ini memang tidak sepenuhnya bermasalah, karena Barat memang memiliki keunggulan dalam bidang-bidang tertentu, seperti sains. Namun, penilaian kebudayaan Barat lebih superior dan kemudian fenomena masyarakat Indonesia meninggalkan kebudayaan yang sudah lama dihidupi, tentu menjadi suatu masalah. Kebudayaan daerah di Indonesia ditingglakan hanya karena dicitrakan tidak ilmiah, keren dan sebagainya. Padahal, mulai disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia memiliki keunggulan–mulai dari pandangan tentang alam hingga pranata sosial. Dan juga masyarakat Barat mulai menyadari kekurangan kebudayaan mereka sendiri-yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan kebudayaan Timur sebagai penawar kegelisahan mereka.

Secara singkat, dapat dikatakan permasalahan ini muncul karena pencitraan dan harus juga diselesaikan dengan pencitraan. Sudah saatnya kita melihat bahwa kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan kebudayaan Barat, hanya saja kebudayaan Indonesia kurang dicitrakan dan kurang dikenali oleh sebagian masyarakat Indonesia yang hidup mulai masa 70-an. Tentu, usaha untuk mengenali kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga negara Indonesia.Pengenalan ini merupakan salah satu modal untuk memiliki dan mengembangkan kebudayaan Indonesia. Minimnya pengenalan ini, merupakan salah satu faktor yang membuat rendahnya rasa kepemilikan dan keinginan untuk mengembangkan kebudayaan. Mengembangkan kebudayaan, adalah hal yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaannya menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.

sumber :
Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat
Badan Informasi Publik
Departemen Komunikasi Dan Informatika 

PARADE OGOH - OGOH





Ogoh – ogoh mempunyai bentuk menyerupai raksasa besar, sebagai symbol kejahatan (bhuta). Kerangka ogoh – ogoh terbuat dari bambu dan kertas semen, sedangkan bentuknya diambil dari cerita pewayangan, baik Mahabrata ataupun Ramayana. Sebelum diarak, ogoh – ogoh ini terlebih dahulu dibuatkan suatu upacara untuk memberikan semangat dan juga jiwa, dan setelah diarak upacara juga dibuat untuk menetralisir semangat dan jiwa tersebut dengan membakarnya.

Dalam hal ini jiwa tersebut yang dimaksud adalah kekuatan jahat (bhuta) yang seringkali mengganggu makhluk hidup di dunia, tetapi disisi lain mereka juga merupakan bagian dari makhluk hidup dan manusia itu sendiri. Tujuan sebenarnya dari upacara ini dibuat untuk menetralisir seluruh kekuatan jahat agar tidak mengganggu lebih lama lagi, malah sebaliknya menjadikannya sebagai kekuatan baik untuk semua makhluk hidup dan dunia.

TARI SANGHYANG


 



Tari Sanghyang adalah tari sakral, merupakan tari kerauhan karena kemasukan roh, baik roh dedari maupun roh binatang yang memiliki kekuatan gaib. Tari ini merupakan warisan budaya pra-Hindu yang bertujuan menolak bala. Tari sanghyang ini merupakan tarian komunikasi spritual dari warga masyarakat dengan alam gaib dengan menyanyikan tembang-temban pemujaan dengan iringan tetabuhan. Didalam tarian ini selalu ada tiga unsur penting yaitu; api, gending sanghyang dan penari. Dan tari sanghyang yang umum dipentaskan di Bali terdiri dari; Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Bojog, Sanghyang Jaran, Sanghyang Sampat dan Sanghyang Celeng.

Sanghyang Dedari
Tarian Sanghyang Dedari, dilakukan sepasang penari cilik yang sebelumnya diupacarai dan dinyanyikan gending sanghyang dedari sampai pingsan suatu pertanda masukya roh dedari, di tempat menari kedua penari tersebut dalam keadaan tidak sadar menari-nari di atas pundak pria mengelilingi tempat pentas. Tujuan dari pementasan tari sanghyang dedari ini adalah memohon keselamatan dari bencana alam atau wabah penyakit. Tarian ini terdapat di daerah Kabupaten Badung, Gianyar dan Bangli.

Sanghyangh Deling
Tari Sanghyang Deling ditarikan sepasang gadis yang belum akir balik, tarian ini dimasuki roh Dewa Wisnu atau Dew Sri yang melambangkan kesuburan. Dengan sarana sebatang pepohonan yang digantungi dua boneka yang disebut Deling terbat dari daun lontar. Semakin kencangnya gerak dari pada deling menandakan kedua penari tesebut telah kemasukan roh, tujuan tari ini untuk memohon keselamatan. Tarian ini hanya terdapat di desa Kintamani Kabupaten Bangli.

Sanghyang Bojog
Tari Sanghyang Bojog ditarikan oleh seorang pria dengan busana seperti seekor kera. Sebelumnya dilakukan upacara pemanggilan roh kera, setelah penari kemasukan roh maka penari tesebut akan melompat-lompat di atas pohon menirukan gerak gerik kera, kadang-kadang gerakanya sulit untuk ditirukan oleh manusia. Tarian Sanghyang Bojog ini ada di Kabupaten Karangasem.

Sanghyang Jaran
Tari Sanghyang Jaran ditarikan seorang pria yang mengendarai sebuah kuda-kudaan yang terbuat dari pelapah daun kelapa. Setelah dilakukan upacara dan penarinya sudah kemasukan roh kuda tunggangan dewata dari kayanan, penari akan berjalan dan berlari-lari kecil dengan kaki telanjang menginjak-nginjak bara api batok kelapa yang disiapkan di arena tari sanghyang jaran, tarian ini dlaksanakan bilamana masyarakat prihatin akan keadaan aalam ini. Tari Sanghyang Jaran ini terdapat di daerah Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli.

Sanghyang Sampat
Tari sanghyang Sampat ditarikan oleh seorang gadis yang telah dimasuki roh engan sebuah perantara sapu atau lidi yang digerak-gerakan dari kiri kekanan atau sebaliknya atau bisan dengan perantara lainya denan memakai sepotong bambu dengan sebutan sanghyang bumbung.

Sanghyang Celeng
Tari Sanghyang Celeng yang ditarikan oleh seorang pria dengan busana yang terbuat dari ijuk yang menyerupai babi. Setelah penari dimasuki roh, maka penari akan merangkak menirukan tingkah laku seekor babi. Tarian ini terdapat di desa Duda Kabupaten Karangasem. 

Rabu, 27 Juni 2012

Penularan Hepatitis B Lebih Cepat dari HIV/AIDS

Heii kalian udah tau belom Penularan Hepatitis B lebih cepat lo dari HIV/AIDS?, pasti deh belum ya :P
iiiiiiiiii ngeri yaa:$ kalo di bayangin. Hhhmmm sebenernya gua juga baru tau sih sekitar sebulan yang lalu gara - gara salah satu temen deket gua menginap penyakit Hepatiti B semenjak SMP ungkap teman cowok gua nih:) Ya udah berhubung gua suka browsing and orangnya pengen tau gua share nih ke internet mengenai penyakit ini. Kira kira sekarang umur temen gua  20-an . Tapi ciri ciri fisik orang yang mengidap Hepatitis B secara gamblang sih hampir gak keliyatan ya. Ok usut buka usut gua mau share karang.cekidot:D


Penyakit Hepatitis B adalah masalah kesehatan global. Ada 2 miliar
orang di dunia yang diperkirakan terinfeksi Virus Hepatitis B (VHB). Menurut
data WHO, saat ini sudah lebih dari 400 juta manusia di seluruh dunia
menderita Hepatitis B kronis yang berisiko berkembang menjadi sirosis dan
kanker hati.
Sekurangnya ada 1 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini.
Data ini menempatkan Hepatitis B sebagai penyebab kematian nomor sembilan di
dunia. Sebanyak 75% dari pembawa virus hepatitis B berada di Asia Pasific.
“Hepaptitis B adalah penyakit infeksi pada hati (hepar/liver) yang
berpotensi fatal yang disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB) dan merupakan
salah satu penyakit yang sering ditemui dan menular. Penularannya sangat
cepat. VHB 100 kali lebih cepat dari HIV/AIDS,” jelas Ketua Divisi
Hepatologi FKUI-RSCM Ali Sulaiman dalam “Seminar Waspada Hepatitis B dalam
Rangka Menuju Indonesia Bebas Hepatitis B” di Jakarta, Sabtu (25/9).
Ia menjelaskan penyakit hepatitis terdiri dari hepatitis akut, yaitu
hepatitis dengan jangka pendek, biasanya kurang dari 6 bulan dan mampu
direspons dengan baik oleh sistem kekebalan tubuh. Hepatitis kronik adalah
Hepatitis B jangka panjang yang tidak dapat diatasi oleh sistem kekebalan
tubuh.
Di Asia Pasific, kebanyakan orang terinfeksi virus Hepatitis B pada saat
lahir atau pada saat masa kanak-kanak. Sebanyak sembilan dari sepuluh orang
yang terinfeksi tersebut akan bertahan sampai dewasa.
Di tempat lainnya, virus Hepatitis B biasanya menginfeksi orang dewasa
melalui kontak seksual atau melalui darah yang telah terinfeksi. Penularan
virus Hepatitis B adalah lewat transfusi atau tranplantasi, air liur, pasangan seksual
berganti-ganti, pekerja kesehatan, tahanan dan penghuni asrama, pengguna
jarum suntik narkoba, atau bayi dari ibu yang membawa virus hepatitis B.

Kelelahan
Kebanyakan pasien Hepatitis B kronis tidak memiliki gejala khusus tapi
sebagai patokan, tanda-tanda terinfeksi virus Hepatitis B (VHB) jangka
pendek (Hepatitis B Akut) adalah kelelahan dan sindroma “flu like”, nafsu
makan turun, panas, pusing, mual, muntah, sakit perut, diare, kulit dan
mata, kuku dan seluruh tubuh berwarna kuning, kencing berwarna cokelat tua,
tinja berwarna pucat. Sedangkan terinfeksi hepatitis B jangka panjang
(Hepatitis B Kronis) adalah sama dengan yang akut disertai sakit otot dan
persendian, dan lemas. Tahapannya adalah fibrosis, yaitu penumpukan serta
akumulasi dari jaringan hati yang rusak.
Pada tahap sirosis, yaitu kerusakan lanjut dari jaringan hati yang ditandai
dengan permukaan hati yang berbenjol-benjol dan terbentuk jaringan ikat.
Pada akhirnya tahap kanker hati. Jangka waktu perjalanan penyakit adalah
dari 30-50 tahun.
“Pada tahap sirosis, aliran darah terbendung, sehingga kembali kesaluran
darah pencernaan atau ke rongga perut yang mengakibatkan pembuluh pecah,
muntah darah dan tinja hitam sehingga dapat mematikan,” jelas Ali Sulaiman
dalam konferensi pers seusai seminar.
Menurutnya, di Indonesia terutama daerah Indonesia timur adalah daerah yang
paling tinggi penyebaran penyakit Hepatitis B. Ia menyebut daerah Kupang
(25,61%), Mataram (20,61%), Palu (12,24) dan Manado. “Hal ini disebabkan
fasilitas kesehatan yang kurang di daerah Indonesia timur. Ada 5-10 orang
dari 100 orang Indonesia mengidap Hepatitis B,” jelas Penasehat Perhimpunan
Peneliti HAtri Indonesia (PPHI) ini.
Indonesia menempati urutan ketiga yaitu 12 juta setelah Cina (120 juta),
India (48 juta) dalam jumlah penderita Hepatitis B terbesar di Asia Pasifik.
Seperti gunung es, data ini adalah hanya 30% dari pengidap keseluruhan.

Pencegahan
Penularan Hepatitis B sangat mudah yaitu melalui cairan tubuh seseorang yang
terinfeksi seperti air mani, ludah dan cairan tubuh lainnya. Mereka yang
beresiko adalah bayi yang baru lahir, hubungan seksual tidak aman,
penggunaan pisau, jarum suntik, tindik, tato, sikat gigi, juga minum dari
gelas yang sama seccara bergantian.
Virus Hepatitis B dapat bertahan hingga beberapa minggu di luar tubuh
manusia. Pencegahannya adalah dengan menjalani hidup sehat dan menghindari
penularan serta melakukan vaksinasi/imunisasi secara lengkap yaitu 3 kali
suntik dalam rentang waktu berbeda.
Pengobatan Hepatitis B menggunakan interveron (perinjeksi) dan lamivudine
(oral). Saat ini digunakan Adefovir Dipivoxil (Hepsera) sebagai anti virus
oral baru yang menekan replikasi virus pada saat mengalami mutasi. Seperti
halnya Lamivudine (3TC-HBV), Hepsera memberikan manfaat pada perbaikan
jaringan hati.
“Tindakan terbaik adalah deteksi segera, vaksinasi segera dan obati segera.
Minum temulawak bukanlah mematikan virus, tapi hanya melemahkannya.” jelas
Prof Dr. Ali Sulaiman Sp.
Pengobatan dengan jalan mematikan VHB sangat tergantung pada waktu yang
tepat. Anti virus harus diberikan pada saat pengidap sedang kambuh. Pada
saat virus sedang aktif itulah antivirus diberikan secara terus menerus.
“Jangan terlambat atau jangan terlalu cepat. Jika tidak sedang kambuh, maka
obat tidak akan efektif dan justru akan menyebabkan virus bersembunyi.
Temulawak akan menyebabkan virus bersembunyi,” jelas Prof Dr. Ali Sulaiman Sp".


Naaa kalian uda pada tau kan sekarang kalo penyakit Hepatitis B itu 100x lebih cepat penularannya ketimbang HIV/AIDS. Di atas kan udah di jelasin bahwa penularan Hepatitis B ini salah satunya melalui air liur. So, kalian harus hati hati nih kalo punya pacar yang menginap Hepatitis B, jangan sampai cuman gara gara nafsu birahi kalian kontak tubuh misalnya, ciuman ataupun melakukan hubungan seksual lebih lebih tanpa pengaman jadi ikutan mengidap penyakit Hepatitis B ini.
Sekian cerita mengenai Hepatitis B, semoga bermanfaat ya:)

CALON ARANG


Hello guys yang agama Hindu khususnya udah pada tau kan Calon Arang itu apa? yappss itu lo pertunjukan sakral yang di adain di setra (kuburan) di daerah masing - masing. Biasanya sih di adain setiap 6 bulan sekali "kayaknya" hehhehee. Aku suka  banget deh nonton calon narang ceritanya menarik, mistis dan wajib di simak hahhaa. Biasanya ada yang kerauhan lo kalo Topeng Sidakaryanya mesolah ih takut tapi menarik banget. Gua heran nih kenapa pas lagi kerauhan orang - orang pada deket bahkan dengsek''an buat nonton termasuk gua ndri ahhhaa :d. Habisnya penasaran sih ya :P  Calon Arang itu adalah salah satu tokoh dalam cerita rakyat Bali abad ke -12 . Naaa mau share dikit nih mengenai jalan ceritanya:) chek this out, kemonnnnnn :d

I. Calon Arang membuat ulah di negeri Daha

1. Ada pemimpin di Daha. Tentram olehnya memerintah; damai negeri pada pemerintahannya. Maharaja Erlangga gelarnya, sangat baik budi.
Ada seorang janda, tinggal di Girah, Calon Arang namanya. Beranak perempuan satu bernama Ratna Manggali, sangat cantik rupanya. Lama tidak ada orang yang melamarnya. Semua orang di Girah, apalagi di Daha, tidak ada orang di daerah pinggiran, tidak ada yang berani melamar anak si janda itu yang bernama Ratna Manggali di Girah. Oleh karena terdengar oleh negeri, bahwa beliau (janda) di Girah itu melakukan yang cemar. Menjauhlah orang-orang melamar Manggali.
Maka berkata si janda itu: "Aduh, ambillah anakku karena tidak ada orang yang melamar dia, cantiklah rupanya, bagaimana (sampai) tidak ada yang menanyai dia. Marah juga hatiku oleh (hal) itu. Aku akan membaca bukuku; jika aku sudah memegang buku itu, aku akan menghadap Paduka Sri Bhagawati; aku akan meminta anugerah untuk binasanya orang-orang senegeri."
Setelah dia memegang sastra itu, datanglah dia ke tempat pembakaran mayat, memintalah dia anugerah kepada Bathari Bhagawati, diiringi oleh semua muridnya. Demikianlah nama-nama siswa itu: Weksirsa, Mahasawadana, Lende, Guyang, Larung, Gandi. Mereka itulah yang mengiringi Janda Girah, bersama-sama menarilah di tempat pembakaran mayat. Datanglah Paduka Bhatari Durga bersama semua tentaranya, ikut bersama-sama menari. Memujalah yang bernama Calon Arang kepada Paduka Bhatari Bhagawati, berkatalah Bhatari: "Aduh, engkau Calon Arang, apa maksudmu datang kepadaku, sehingga engkau disertai oleh para muridmu semua untuk menyembahku?"
2. Berkatalah janda itu menyembah: "Tuan, anakmu ingin meminta binasanya orang seluruh negeri, demikianlah maksudku."
Menjawablah Bhatari: "Aku memberi, tetapi jangan sampai ke tengah , (supaya) raja besar tidak marah kepadaku."
Patuhlah janda itu, berpamitan menyembahlah dia kepada Bhatari Bhagawati. Calon Arang diiringi oleh semua muridnya menari di Wawala selama tengah malam. Berbunyilah Kamanak-Kangsi , mereka bersama-sama menari. Setelah selesai menari, pulanglah ke Girah sambil bersorak-sorailah sesampainya di rumah mereka.
Tidak lama kemudian, tulah menimpa orang-orang seluruh desa (daerah), sehingga banyak yang mati. Berangsur-angsur dimusnahkan. Calon Arang tidak berkata inilah saya.
Maka tersebutlah Sang Pemimpin Daha, diperhadapkanlah dia di tempat duduk yang tinggi, Sri Maharaja Erlanggha.
Memberitahukanlah patih, jika rakyatnya banyak yang mati, tulahnya panas-dingin (panas-tis). Menulahi satu hari dua hari kematian. Terlihat menyembah, Janda Girah itu, yang bernama Calon Arang, menari di Wawalu bersama semua muridnya. Banyak orang melihatnya. Demikianlah kata patih itu, semua datang dihadapannya, bersama-sama meninggikan dan mematuhi apa yang dikatakan patih.
Berkatalah Sang Prabhu: "Hai, pegawaiku, cederai dan bunuhlah Calon Arang olehmu, jangan engkau sendiri, sengkau ditemani pegawai (lain)."
3. Berpamitanlah pegawai itu menyembah kaki Sang Prabhu: "Mohon ijin hamba untuk membinasakan Janda Girah." Pergilah pegawai itu. Tanpa berkendaraan, segera pergi ke Girah, pegawai itu menuju ke rumah Calon Arang ketika orang sedang tidur; tidak ada orang yang dalam keadaan bangun. Segera pegawai itu mengambil rambut janda itu, menghunus kerisnya ingin memotong si janda; beratlah tangan pegawai itu, terkejut dan bangunlah Calon Arang, keluarlah api dari mata, hidung, mulut dan telinganya, menyala-nyala menghanguskan pegawai itu. Salah satu dari pegawai itu mati. Yang lainnya menjauh cepat meninggalkan pegawai itu. Tanpa berkata-kata jalannya di jalan, segera pergilah ke kerajaan, memberitahukanlah pegawai itu tentang sisa kematian itu: "Tuan, tak berguna pegawai Paduka Sri Parameswara yang satu mati oleh mata Janda Girah itu. Keluar api dari perut, menyala menghanguskan pegawai Paduka Bhatara."
Berkatalah Sang Prabhu: "Sedih aku jika demikian pemberitahuannya." Seketika itu juga pulanglah Sang Prabhu dari ruang penghadapan (Balairung). Sang Raja tidak berbicara. Berkatalah Janda di Girah. Bertambah besarlah kemarahannya oleh kedatangan pegawai itu, oleh utusan hamba Sang Prabhu. Berkatalah Calon Arang berseru kepada murid-muridnya mengajak datang ke tempat pembakaran mayat; dipegangnyalah lagi sastra (buku) itu. Setelah memegang mantra tersebut, diiringilah oleh para muridnya semua, datanglah di tepi kuburan tempat yang rindang oleh kepuh dililit kegelapan, daunnya rindang mengurai sampai tanah di bawahnya merata. Janda Girah itu duduk diterima oleh para muridnya semua. Memberitahukanlah Lende berkata: "Hai, Sang Janda, apa sebabnya tuan seperti akan memarahi Sang Pembawa Bumi? Jika demikian lebih baik mempunyai maksud kelakuan baik, menyembah kepada Sang Maharesi sebagai penunjuk jalan ke surga."
Maka berkatalah Larung: "Apa kesedihanmu kepada duka Sang Prabhu? Sebaliknya dipercepatlah perbuatan ke tengah."
Bersama-sama meninggikanlah mereka semua akan perkataan Larung, mengikutlah mereka kepada Calon Arang, kemudian berkatalah dia: "Sangat benar olehmu, Larung. Bunyikanlah Kamanak dan Kangsi kalian, sekarang menarilah masing-masing, ijinkan aku melihat perbuatan itu satu persatu. Sekarang mungkin sampai di perbuatan itu, kalian menarilah."
4. Seketika itu juga menarilah Guyang, tariannya mendekap-dekap, berteriak-teriak, terengah-engah dan berbusana; matanya melirik, menoleh kiri kanan.
Menarilah Larung; gerakannya seperti macan yang ingin menerkam, matanya kelihatan memerah, benar-benar telanjang. Rambutnya berjalan cepat ke depan.
Menarilah Gandi; melompat-lompatlah olehnya menari; rambutnya berjalan cepat ke pinggir. Memerah matanya kelihatan seperti buah janitri.
Menarilah Lende; tariannya berjingkat-jingkat dengan kakinya. Tingkah lakunya menyala-nyala seperti api hampir menyala. Berjalan cepat rambutnya.
Menarilah Weksirsa; menunduk-nunduk olehnya menari, menoleh-noleh; matanya terbuka tanpa berkedip. Rambutnya berjalan cepat ke samping, benar-benar telanjang.
Mahisawadana menari berkaki satu; ia menyungsang menjulur-julur lidahnya; tangannya ingin memeras.
Senanglah Calon Arang setelah mereka bersama-sama menari. Membagi tugaslah dia sesampai di istana . Mereka membagi tugas pergi ke lima daerah. Lende ke selatan, Larung ke utara, Guyang ke timur, Gandi ke barat. Calon Arang ke tengah bersama dengan Weksirsa dan Mahisawadana.
Setelah mereka berbagi pergi ke lima daerah, Calon Arang datang ke tengah-tengah tempat pembakaran mayat itu, menemui mayat yang mati mendadak di hari ke-5 (kliwon). Dia memberdirikan, mengikat di kepuh, menghidupkan mayat itu, meniup-niupnya; Weksirsa dan Mahisawadana memelekkan mata (mayat itu). Menjadi hiduplah orang itu, sehingga berkatalah mayat itu: "Siapa tuan yang menghidupkan aku? Betapa besarnya hutangku; tak tahu aku membalasnya. Aku menghamba kepada tuan. Tuan, lepaskanlah aku dari pohon kepuh ini, aku ingin berbakti dan menghormat."
Berkatalah Weksirsa: "Engkau sangka (bahwa) engkau hidup? Biarlah aku memarang lehermu dengan parang." Seketika itu juga diparanglah lehernya dengan parang, melesat leher mayat yang dihidupkannya itu. Terbanglah kepalanya; sampai dikeramaskan dengan darah oleh Calon Arang; menggumpallah rambutnya oleh darah. Ususnya menjadi kalung dan dikalungkannya. Badannya diolah dipanggang semua, menjadi korban para Bhuta (raksasa) yang berada di tempat pembakaran mayat, setelah itu Paduka Bhatari Bhagawati menyetujui (menerima) yang dikorbankan itu.
5. Keluarlah Bhatari dari kahyangannya, kemudian berkatalah dia kepada Calon Arang: "Aduh, anakku Calon Arang, apa maksudmu memberikan korban kepadaku, (memberikan) bakti hormat? Aku menerima penghormatanmu."
Berkatalah Janda Girah itu: "Tuan, Sang Pemimpin Negeri membuat duka anakmu, aku memohon belas-kasih Bhatari, supaya Paduka Bhatari senang untuk membinasakan orang-orang senegeri, sampai ke tengah sekalian."
Berkatalah Bhatari: "Baik, aku mengabulkan, Calon Arang, namun engkau jangan lengah."
Berpamitanlah janda Girah itu menghormat Bhatari. Segera pergi menarilah dia di perempatan.
Terjadilah tulah yang sangat hebat di seluruh negeri itu; terjadi tulah satu malam dua malam, sakitnya panas-dingin, orang-orang mati. Mayat-mayat yang ada di tanah lapang bertumpuk-tumpuk, yang lainnya ada di jalan, ada juga yang tidak terpelihara di rumahnya. Srigala-srigala meraung (membaung) memakan mayat. Burung-burung gagak berteriak-teriak tak putus-putusnya memakan mayat, bersama-sama mencucuk (memakan) mayat. Lalat-lalat beterbangan kian-kemari di rumah meraung-raung, rumah-rumah tak berpenghuni. Yang lainnya orang-orangnya pergi ke tempat jauh, pergi mengungsi ke daerah yang tidak terkena penyakit. Orang-orang yang sakit dipikul, yang lainnya ada yang mengasuh (momong) anaknya dan membawa barang-barang.
Para Bhuta yang melihat berseru: "Jangan kalian pergi, desa (daerah) kalian sudah aman, tulah dan penyakit telah selesai, pulanglah kalian ke sini, hiduplah kalian di sini." Setelah itu banyak kematian orang-orang di jalan yang diambilinya. Para Bhuta itu berada di rumah tak berpenghuni bersenang-senang, tertawa-tawa, bersenda-gurau, memenuhi jalan dan jalan besar.
Mahisawadana memasuki rumah berjalan ke dinding, membuat tulah bagi orang serumah. Weksirsa memasuki tempat petiduran orang, berjalan bolak-balik, membuka rintangan/pintu, meminta korban darah mentah dan daging mentah: "Itu kesukaan saya, jangan lama-lama", katanya. Tidak ada orang yang mati itu melawan tulah dan tingkah laku para Bhuta itu.

[sunting]

II. Calon Arang terbinasakan oleh Tuan/Empu Bharadah

1. Berjalanlah seorang pendeta ke tengah-tengah tempat pembakaran mayat, bertemulah dia dengan Weksirsa dan Mahisawadana, murid-murid Calon Arang. Setelah melihat Sang Pendeta itu, datang menciumlah murid-murid itu, dan menyembahnya, yaitu Weksirsa dan Mahisawadana.
Berkatalah Sri Bharadah: "Hai orang-orang yang menyembahku, siapakah nama kalian; aku tidak tahu, beritahu aku."
Berkatalah Weksirsa dan Mahisawadana: "Tuan, kami Weksirsa dan Mahisawadana menyembah telapak kaki tuan. Murid-murid Sang Janda Girah. Kami meminta anugerah kepada Sang pendeta, lepaskanlah kami dari siksaan."
Berkatalah sang guru pendeta itu: "Tidak bisa kalian lepas dari siksaan dahulu jika Calon Arang belum dilepaskan dari siksaan dahulu. Berangkatlah kalian ke Calon Arang, berkatalah kalian, bahwa aku ingin berbicara."
Berpamitan menyembahlah Weksirsa dan berlutut, juga Mahisawadana. Nampak dari kejauhan Calon Arang sedang di kahyangan di tempat pembakaran mayat, baru saja pulang Paduka Bhatari Bhagawati dari percakapannya bersama dengan Janda Girah. Baru saja selesai Bhatari berkata: "Hai, Calon Arang, jangan lengah, akan surup/redup/terbenam (kalah) engkau." Demikianlah kata Bhatari.
Setelah itu datang Weksirsa dan Mahisawadana berbicara dahulu kepada Calon Arang; katanya jika Sang Pendeta Bharadah datang. Kata Calon Arang: "Hai, katanya Yang Mulia Bharadah datang; aku akan menemui/menjemput dia." Pergilah Calon Arang, datanglah menerima Sang Mahasakti, menjemput Sang Pendeta, kata Calon Arang: "Tuanku, bahagialah Sang Pendeta yang kumuliakan, Sang Pendeta Bharadah, aku meminta anugerah kata-kata yang baik (rahayu)."
Kata Sang Pendeta: "Lihatlah, aku memberi pengarahan pada tuntunan yang baik; janganlah engkau membuat sakit, yang mulia. Aku diceritai cerita sedih tentang engkau melakukan hal yang jelek membuat manusia banyak yang mati, membuat bumi langka/sepi, membuat dukanya bumi dan membunuh semua rakyat. Betapa banyak engkau membawa mala-petaka (membuat dosa) bagi bumi. Banyaklah orang-orang yang terkena tulah. Keterlaluan engkau membawa mala-petaka, membunuh orang-orang senegara. Tidak dapat engkau terlepas dari siksaan jika engkau sangat bermusuhan. Oleh karena itu, jika belum tahu jalan keluar untuk membebaskan diri, masakan engkau dapat lepas dari siksaan."
Berkatalah Calon Arang: "Permusuhan sangat besar dosaku pada rakyat; oleh karena itu lepaskanlah aku dari siksaan, hai Sang Pendeta, kasihanilah aku."
Berkatalah Sang Pendeta: "Tidak dapat aku melepaskan engkau."
2. Berkatalah Calon Arang, marah, menjadi besar dukanya Janda Girah itu: "Lihatlah, aku akan membuat gangguan besar kepadamu, jika engkau tidak tahu melepaskan aku. Engkau enggan melepaskan aku dari siksaan, lihatlah, aku sama sekali menghilangkan dosa. Aku akan meneluh engkau, hai Resi Bharadah." Kemudian menarilah Calon Arang berbalik mengurai rambutnya, matanya melirik, tangannya menunjuk Sang Pendeta: "Matilah engkau nanti olehku, Pendeta Bharadah. Jika engkau tetap tidak tahu, hai Yang Mulia, pohon beringin besar ini, aku teluh, lihatlah, Empu Bharadah." Seketika itu juga hancurlah sangat pohon beringin karena mata Calon Arang.
Berkatalah Sang Pendeta: "Lihatlah, hai Wanita Yang Mulia, datangkanlah teluhmu lagi yang besar, masakan aku akan heran."
Kemudian semakin besarlah olehnya meneluh, keluarlah api dari mata, hidung, telinga, mulut, menyala-nyala membakar Sang Pendeta. Sang Pendeta tidak terbakar, damailah olehnya memperhatikan hidupnya rakyat. Berkatalah Sang Maha Sakti: "Tidak mati oleh teluhmu, hai Wanita Yang Mulia; aku tidak pergi dari hidup (mati). Semoga engkau mati oleh karena sikapmu itu." Datanglah kematian Calon Arang. Menjawablah Sang Pendeta Bharadah: "Aduh, aku belum memberi pengarahan tentang kelepasan kepada Wanita Yang Mulia. Lihatlah sungguh hai Wanita Yang Mulia, engkau hidup lagi." Datanglah kehidupan Calon Arang: marah memaki-maki Calon Arang, katanya: "Aku sudah mati, mengapa tuan menghidupkan aku lagi?"
Menjawablah Sang Pendeta "Hai, Yang Mulia, aku membuat hidup lagi kamu, (karena) aku belum memberi pengarahan kepada engkau tentang kelepasanmu dan menunjukkan surgamu, serta menghilangkan rintanganmu."
Berkatalah Calon Arang: "Aduh, berbahagia jika demikian kata Sang Pendeta, lepaskanlah aku dari siksaan; aku menyembah pada telapak-kakimu, Sang Pendeta, jika engkau melepaskan aku dari siksaan." Meminta dirilah Calon Arang kepada Sang Pendeta, diperkenankan dia mati yang sempurna (kelepasan) dan ditunjukkan surganya. Setelah Sang Pendeta Bharadah memberi pengarahan, Calon Arang menyembah kepada Sang Pendeta. Kata Sang Pendeta: "Lihatlah, lepaslah engkau, hai Wanita Yang Mulia." Kematian Calon Arang menjadi lepas dari penderitaan, dibakar, roh Janda Girah oleh Sang Kekasih.
Maka Weksirsa dan Mahisawadana bersama-sama turut selamat, berjalan menjadi Wiku oleh Sang Pendeta, oleh karena tidak dapat ikut kelepasan bersama dengan Janda Girah. Bersama-sama dijadikan Wiku oleh Sang Pendeta. Demikianlah cerita tentang Calon Arang:)
INI SEDIKIT FOTO PAS GUA NGISI ACARA CALON ARANG, GUA SEBAGAI SISIA (LENDA - LENDI) DAN MAENIN DRAMA SEBAGAI PEDAGANG GANJEN AHHAHA